(Refleksi Hari Paru se-Dunia 25 September: Pentingnya udara bersih bagi semua orang)
Alfian Nur Rosyid
Dosen dan Dokter Paru, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
WHO menyatakan dunia bebas Pandemi COVID-19 pada Mei 2023. Hingar-bingar geliat ekonomi dan industri. Suka cita dengan menanggalkan masker. Diiringi juga ramainya kendaraan dan kepulan asap pabrik. Musim kemarau pemicu kekeringan dan kebakaran hutan, sudah tak asing lagi di Sumatera dan Kalimantan. Asap rokok mulai bersaing dengan asap vape. Langit mulai tertutup kabut polusi menyekat matahari menyinari bumi.
IQAir pernah menobatkan Jakarta kota dengan polusi udara terburuk dunia (Agustus 2023). Jakarta representasi Indonesia, meskipun tahun 2024, urutan turun menjadi 3 sebagai kota tidak sehat karena polusi, namun tetap menjadi nomor 1 di Asia Pasifik. Apakah ini artinya Pemerintah berhasil? Dari 44 detektor polusi udara melaporkan PM2,5 Ibukota Jakarta sebesar 42,5. Nilai ini 8,5x lebih tinggi dibandingkan target WHO.
PM2.5 partikel udara tak kasat mata, berukuran tak kurang dari 2,5 mikrometer. Partikel ini sangat halus dan mudah terhirup tanpa sengaja. Partikel ini paling berbahaya bagi kesehatan manusia karena dapat menembus paru masuk ke peredaran darah. Inilah yang sering tak disadari manusia. Manusia bernapas menghirup 7-8 liter udara tiap menit dengan kandungan oksigen 2 Ribu liter tiap hari. Lebih banyak dibandingkan kebutuhan air 2-3 liter tiap hari. Makhluk hidup bisa tak makan dan minum beberapa hari, namun tidak akan hidup bila tak tak bernapas 6-10 menit. Udara bersih adalah hal fundamental bagi kehidupan.
Alam dan aktivitas manusia dapat menyumbang PM2,5. Kebakaran hutan, debu vulkanis gunung berapi, pembangkit listrik, pembakaran batubara, pestisida pertanian, pabrik, kendaraan bermotor, debu jalanan adalah sumber PM 2,5. Berbagai aktivitas manusia dan bencana alam dapat menyumbang dampak negatif polusi udara.
Lebih dari 1,5 milyar kendaraan bermotor seluruh dunia menyumbang 44% polusi udara. Sekitar 150juta kendaraan tersebut mengaspal di Indonesia. Norwegia adalah negara dengan 80% pengguna kendaraan listrik dengan tingkat polusi yang rendah dengan usia harapan hidup 82 tahun. Jepang lebih tinggi usia harapan hidupnya (85 tahun) dengan tingkat adopsi kendaraan listrik tercepat di dunia. Knalpot mobil dan motor berbahan bakar fosil juga memproduksi gas buang mengandung karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida dan hidrokarbon yang semuanya membahayakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan. Pembangkit listrik tenaga batu bara juga menyumbang polusi udara. Perlunya upaya-upaya pengalihan kendaraan bermotor menjadi kendaraan listrik serta mencari sumber alternatif yang lebih ramah lingkungan, tampaknya menjadi solusi yang jitu. Penerapan teknologi bersih dengan menggunakan pembakaran rendah nitrogen oksida, penangkap PM2,5, mengganti batu bara dengan biomass (gas alam), pengelolaan limbah abu, memanfaatkan tenaga surya, angin dan hidroelektrik harus dilakukan segera. Dan yang tak kalah penting, pengetatan regulasi.
Satu lagi, asap rokok dan vape. Global Youth Tobacco Survey menyebut perokok remaja usia 15 tahun naik jadi 19% dengan presentase perokok pria terbanyak dunia. Tampaknya pabrik rokok sukses besar menyumbang pajak negara, sehingga sulit dibendung produksi dan distribusinya di Indonesia. Namun bahaya tak berhenti disini, anak-anak dibawah umur, wanita hamil jadi korban asap rokok pasif. Kabar menghebohkan 2021, bahwa perusahaan rokok Internasional Philip Morris telah mengakuisisi lebih dari 70% saham Vectura, pabrik obat hisap (inhaler) bagi pasien asma PPOK. Sebuah lompatan “beyond Nicotine” yang luar biasa, satu sisi gelap tetap memproduksi rokok skala global yang dapat merusak paru dan satu sisi memberikan solusi obat inhalernya. Meskipun akhirnya 19 September 2024, saham Vectura dijual rugi atas desakan berbagai pihak.
Peningkatan kasus ISPA sebanding dengan peningkatan polusi udara pada semua umur. Batuk pilek akhir-akhir ini banyak diderita pasien bahkan tak jarang yang lama sembuhnya. Saluran napas dan paru adalah salah salah satu organ awal yang akan terdampak polusi udara. Mau tak mau, tiap individu akan menghirup udara, seberapapun kotor udara itu. Partikel berbahaya akan mudah masuk paru menembus aliran darah dan beredar ke bagian tubuh lainnya. Polusi PM2,5 ini super mikro, meskipun diameternya lebih besar dari virus COVID-19, namun dampaknya tak kalah dengan virus tersebut. Locus minoris tiap orang berbeda. Polusi dapat berdampak pada berbagai organ. Gagal jantung, gagal ginjal, stroke, kencing manis, sindroma metabolik bahkan juga memicu lahir premature, jantung bawaan pada bayi dan lainnya.
Dampak polusi udara ini, bukan hanya pada pelaku dan produsen polutan itu sendiri. Tapi berdampak luas pada masyarakat dan lingkungan sekitar. Dampak kesehatan sering menjadi nomor urutan kesekian pertimbangan kebijakan. Faktor ekonomi, pemasukan negara sering menjadi prioritas. Lebih baik mati karena sakit, tapi tidak mati karena tidak punya uang. Mungkin anekdot itu yang dianut?
Peraturan Pemerintah no 22 tahun 2021 tampaknya masih ragu-ragu menetapkan ambang PM2,5 dalam mengikuti WHO. Indonesia menetapkan batas 15. Ambang yang sama ditetapkan dalam peraturan pemerintah tahun 1999. WHO memberikan batas 5. Sangat jauh, bukan? Sudahkan kita serius menyiapkan udara bersih?